Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Untuk menemukan dan mengobati kasus tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui satuan kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banda Aceh melakukan skrining survey faktor risiko penyakit TB di wilayah kerja Pelabuhan laut tapaktuan pada tanggal 16 s/d 17 Februari 2023.
Bertempat di halaman Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Tapaktuan, petugas yang terdiri dari dokter, perawat, ATLM dan surveilans epidemiolgi melakukan pemeriksaan terhadap ABK / Crew Kapal, penumpang, sopir, tenaga kerja bongkar muat serta petugas Pelabuhan.
Kegiatan dimulai dengan memberikan informasi yang jelas tentang penyakit TBC, cara penularan, pengobatan dan pencegahannya. Setelah itu skrining ini dilakukan dengan mengisi formulir skrining mandiri oleh seluruh peserta skrining. Adapun isi dari formulir antara lain adalah pertanyaan seputar TBC atau gejala gejala utama (batuk) dan gejala yang mendukung TBC seperti sesak, demam, berkeringat pada malam hari tanpa melakukan aktifitas, berat badan turun drastis dan nafsu makan berkurang. Apabila ada yang dicurigai menderita penyakit TBC maka akan dilanjutkan dengan pengambilan sputum dan akan diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi adanya bakteri penyebab tuberkulosis, terutama tuberkulosis paru berupa Bakteri Tahan Asam (BTA).
1. Jumlah sasaran yang dilakukan skrining survey faktor risiko penyakit TB sebanyak 77 orang yang terdiri atas laki-laki sebanyak 57 orang dan perempuan sebanyak 20 orang.
2. Mayoritas peserta skrining survey faktor risiko penyakit TB dan Malaria adalah petugas dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) yang berada di area Pelabuhan.
3. Untuk proporsi peserta skrining pada layanan survey factor risiko TB menurut jenis kelamin laki-laki terbesar pada kelompok umur 26-35 tahun (31,6%) dan terendah pada kelompok umur ≥ 65 tahun (5.3%); pada jenis kelamin perempuan proporsi terbesar kelompok umur 17–25 (40%) dan terendah pada kelompok umur 46-55 tahun (10%).
Untuk mewujudkan Eliminasi TBC 2030 dibutuhkan penyuluhan dan edukasi serta skrining secara pasif dan masif penyakit TB secara berkesinambungan dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat. Melakukan kerja sama dengan puskesmas setempat untuk menindaklanjuti sasaran yang suspek atau positif BTA agar mendapatkan perawatan dan tindakan rehabilitative lebih lanjut serta meningkatkan atau mempertahankan kerja sama lintas sektoral yang sudah terbentuk.